STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN DEMAM THYPOID
Pengertian
Thypoid fever/demam tifoid atau thypus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
Etiologi
Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Samonella Thposa/Eberthela Thyposa yang merupakan kuman negatif, motil dan tidak menghasilkan spora, hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 700C dan antiseptik.
Penatalaksanaan.
· Tirah baring atau bed rest.
· Diit lunak atau diit padat rendah selulosa kecuali komplikasi pada intestinal.
· Obat-obat :
§ Antimikroba :
- Kloramfenikol 4 X 500 mg sehari/iv
- Tiamfenikol 4 X 500 mg sehari oral
- Kotrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (1 tablet = sulfametoksazol 400 mg + trimetoprim 80 mg) atau dosis yang sama iv, dilarutkan dalam 250 ml cairan infus.
- Ampisilin atau amoksisilin 100 mg/kg BB sehari oral/iv, dibagi dalam 3 atau 4 dosis.
Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas demam.
§ Antipiretik seperlunya
§ Vitamin B kompleks dan vitamin C
· Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam.
Asuhan Keperawatan.
Pengkajian.
· Identitas.
Tanda dan gejala klinis yang tidak khas terutama pada penderita di bawah usia 5 tahun. Insiden penyakit ini tidak berbeda antara anak laki dan anak perempuan, tergantung pada status gizi dan status imunologis penderita.
· Riwayat Keperawatan.
§ Keluhan utama.
Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran : apatis sampai somnolen, dan gangguan saluran cerna seperti perut kembung atau tegang dan nyeri pada perabaan, mulut bau, konstipasi atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
§ Riwayat penyakit sekarang.
Ingesti makanan yang tidak dimasak misalnya daging, telur, atau terkontaminasi.
§ Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
§ Riwayat kesehatan keluarga.
Tifoid kongenital didapatkan dari seorang ibu hamil yang menderita demam tifoid dan menularkan kepada janin melalui darah. Umumnya bersifat fatal.
§ Riwayat kesehatan lingkungan.
Demam tifoid saat ini terutama ditemukan di negara sedang berkembang dengan kepadatan penduduk tinggi serta kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Serta Pengaruh cuaca terutama pada musim hujan
§ Imunisasi.
Pada tifoid kongenital dapat lahir hidup sampai beberapa hari dengan gejala tidak khas serta menyerupai sepsis neonatorium.
§ Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
§ Nutrisi.
Gizi buruk atau meteorismus
· Pemeriksaan fisik.
§ Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, hipotensi dan shock jika perdarahan, infeksi sekunder atau septikemia.
§ Sistem pernapasan.
Batuk nonproduktif, sesak napas.
§ Sistem pencernaan.
Umumnya konstipasi daripada diare, perut tegang, pembesaran limpa dan hati, nyeri perut pada perabaan, bising usus melemah atau hilang, muntah, lidah tifoid dengan ujung dan tepi kemerahan dan tremor, mulut bau, bibir kering dan pecah-pecah.
§ Sistem genitourinarius.
Distensi kandung kemih, retensi urine.
§ Sistem saraf.
Demam, nyeri kepala, kesadaran menurun : delirium hingga stupor, gangguan kepribadian, dan kejang.
§ Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Nyeri sendi
§ Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
§ Sistem integumen.
Rose spot dimana hilang dengan tekanan, ditemukan pada dada dan perut, turgor kulit menurun, membran mukosa kering.
§ Sistem pendengaran.
Tuli ringan atau otitis media.
§ Sistem penciuman.
Tidak ada kelainan.
· Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
§ Jumlah leukosit normal/leukopenia/leukositosis.
§ Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT dan fosfat alkali meningkat.
§ Minggu pertama biakan darah S. Typhi positif, dalam minggu berikutnya menurun.
§ Biakan tinja positif dalam minggu kedua dan ketiga.
§ Kenaikan titer reaksi widal 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang memastikan diagnosis. Pada reaksi widal titer aglutinin O dan H meningkat sejak minggu kedua. Titer reaksi widal diatas 1 : 200 menyokong diagnosis.
Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses infeksi kuman Salmonella typhi.
2. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) sehubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan.
3. Gangguan rasa nyaman (kebutuhan tidur dan istirahat) sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
4. Potensial terjadinya gangguan intregitas kulit sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
5. Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan pemasangan infus.
Perencanaan
§ Diagnosa keperawatan I
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses infeksi
Tujuan : suhu tubuh turun sampai batas normal
Kriteria hasil :
· Suhu tubuh dalam batas normal 36 – 37 0 C
· Klien bebas demam
Rencana tindakan.
· Bina hubungan baik dengan klien dan keluarga
· Berikan kompres dingin dan ajarkan cara untuk memakai es atau handuk pd tubuh, khususnya pada aksila atau lipatan paha.
· Peningkatan kalori dan beri banyak minuman (cairan)
· Anjurkan memakai baju tipis yang menyerap keringat.
· Observasi tanda-tanda vital terutama suhu dan denyut nadi
· Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan terutama anti piretik.
§ Diagnosa keperawatan II
Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) sehubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan.
Tujuan : kebutuhan cairan tubuh terpenuhi
Kriteria hasil :
· Mukosa mulut dan bibir tetap basah, turgor kulit normal.
· Tanda-tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan) dalam batas normal.
Rencana tindakan
· Monitor intake atau output tiap 6 jam
· Beri cairan (minum banyak 2 – 3 liter perhari) dan elektrolit setiap hari.
· Masukan cairan diregulasi pertama kali karena adanya rasa haus.
· Hindarkan sebagian besar gula alkohol, kafein.
· Timbang berat badan secara efektif.
· Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan secara intravena.
§ Diagnosa keperawatan III
Gangguan rasa nyaman (kebutuhan istirahat dan tidur) sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
Tujuan : kebutuhan rasa nyaman (istirahat dan tidur) terpenuhi
Kriteria hasil :
· Klien dapat/mampu mengekspresikan kemampuan untuk istirahat dan tidur.
· Kebutuhan istirahat dan tidur tidak terganggu.
Rencana tindakan
· Pertahankan tempat tidur yang hangat dan bersih dan nyaman.
· Kebersihan diri (cuci mulut, gosok gig, mandi sebagian)
· Mengkaji rutinitas istirahat dan tidur klien sebelum dan sesudah masuk rumah sakit.
· Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan atau kebisingan.
· Batasi pengunjung selama peroide istirahat dan tidur.
· Kolaborasi dg tim medis dalam pemberian terapi (antipiretik).
§ Diagnosa keperawatan lV
Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan pemasangan infus.
Tujuan : tidak terjadi infeksi pada daerah pemasangan infus.
Kriteria hasil :
· Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
· Infeksi tidak terjadi.
Rencana tindakan
· Beri penjelasan pada keluarga tentang tanda-tanda infeksi.
· Mengganti atau merawat daerah pemasangan infus.
· Lakukan pemasangan infus secara steril dan jangan lupa mencuci tangan sebelum dan sesudah pemasangan.
· Cabut infus bila terdapat pembengkakan atau plebitis.
· Observasi tanda-tanda vital dan tand-tanda infeksi di daerah pemasangan infus.
§ Diagnosa keperawatan V
Potensial terjadi gangguan integritas kulit sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh
Tujuan : tidak terjadi gangguan intregitas kulit.
Kriteria hasil :
· Tidak terdapat tanda-tanda gangguan integritas kulit (kemerahan, lecet).
· Tidak terjadi luka lecet.
Rencana tindakan
· Tingkatkan latihan rentang gerak dan mengangkat berat badan jika mungkin.
· Ubah posisi tubuh tiap 2 jam sekali.
· Anjurkan menjaga kulit tetap bersih dan kering.
· Jaga suhu dan kelembaban lingkungan yang berlebihan.
Pelaksanaan
Selama perawatan atau pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien dan memprioritaskannya. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam format yang telah ditetapkan institusi.
Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperawatan, melalui evaluasi memungkinkan perawatan untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar