ABSTRAK
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN JELLY K-Y DENGAN
INSTILLAGEL PADA PASIEN DENGAN KATETERISASI URIN DI RUANG ASTER RSUD ULIN
BANJARMASIN
Fahruddin
Tindakan
kateterisasi merupakan tindakan invasif dan dapat menimbulkan rasa nyeri,
sehingga jika dikerjakan dengan cara yang keliru akan menimbulkan kerusakan
uretra yang permanen. Nyeri merupakan keluhan utama yang sering dialami oleh
pasien dengan kateterisasi karena tindakan memasukkan kateter dalam vesika
urinaria mempunyai risiko terjadinya infeksi atau trauma pada uretra. Tindakan memberikan cairan pelumas atau
jelly pada prosedur kateter urin sangat penting untuk mencegah atau mengurangi
resiko terjadinya trauma pada uretra dan sensasi nyeri yang dialami pasien. Ada
dua teknik pemberian jelly yaitu dengan penggunaan Jelly K-Y yang dioleskan
pada ujung kateter dan cara ke-2 penggunaan Instillagel yang disemprotkan
langsung pada meatus uretra dengan spuit 10 ml yang dilepaskan jarumnya.
Penelitian ini mengenai perbedaan kecepatan pemasangan dan keluhan nyeri yang
dialami pria dewasa usia 25-65 tahun
yang pertama kali menjalani kateterisasi urin dengan cara pelumasan yang
berbeda. Rancangan penelitian ini adalah eksperimen semu dengan jumlah sampel 17 orang untuk perlakuan dan
17 orang untuk kontrol. Kecepatan pemasangan diukur dengan stopwatch sedangkan intensitas nyeri diukur dengan menggunakan skala intensitas nyeri deskriptif
secara objektif dari klien. Analisa data dengan Mann-Whitney Test dengan tingkat kemaknaan a = 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
perbedaan bermakna antara kecepatan pemasangan kateterisasi urin yang
dioleskan jelly k-y pada ujung kateter dan yang disemprotkan instillagel langsung ke meatus uretra dan tidak ada
perbedaan bermakna antara keluhan nyeri pada pemasangan kateterisasi urin yang
dioleskan jelly k-y pada ujung kateter dan yang disemprotkan instillagel langsung ke meatus uretra.
FAKTOR –FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
DI PUSKESMAS SE-KOTA BANJARBARU JANUARI
– FEBRUARI 2010
( Tinjauan Terhadap Pengetahuan, Motivasi,
Pendidikan, Pelatihan
dan Pengalaman Kerja Perawat
/ Bidan )
Barlian
Manajemen Terpadu Balita Sakit merupakan
suatu pendekatan terhadap balita sakit yang dilakukan secara terpadu dan
digunakan sebagai standar pelayanan bayi dan balita sakit sekaligus sebagai
pedoman bagi tenaga kesehatan. Petugas kesehatan yang melaksanakan tatalaksana
MTBS adalah perawat dan bidan maka diharapkan pelayanan promotif dan preventif
lebih optimal dibandingkan kuratif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
hubungan faktor –faktor pada perawat/bidan dengan pelaksanaan MTBS di Puskesmas
se-kota Banjarbaru. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan
menggunakan pendekatan cross
sectional. Subjek penelitian berjumlah 32 orang perawat/bidan yang bertugas
di poli anak/MTBS di Puskesmas se-kota Banjarbaru. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan daftar
tilik pengamatan tata laksana MTBS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan MTBS kategori baik 31,3%, kurang 68,8%, pengetahuan kategori baik
84,4%, kurang 15,6%, motivasi tinggi 96,9%, motivasi rendah 3,1%, pendidikan
tinggi 43,8%, pendidikan sedang 56,3%, pernah pelatihan 65,6%, tidak pernah
pelatihan 34,4%, pengalaman kerja > 3 tahun 78,1%, pengalaman kerja ≤ 3
tahun 21,9%. Hasil Uji Fisher exact
dengan ά = 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara masing-masing variabel yaitu
pengetahuan (p=0,155), motivasi (p=0,313 ), pendidikan (p=0,1), pelatihan (p=0,425) dan pengalaman kerja (p=0,387) perawat /bidan
dengan pelaksanaan MTBS di Puskesmas se-kota Banjarbaru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar