NURSING CARE

Selasa, 23 Oktober 2012

kumpulan abstrak



ABSTRAK

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN JELLY K-Y DENGAN INSTILLAGEL PADA PASIEN DENGAN KATETERISASI URIN DI RUANG ASTER RSUD ULIN BANJARMASIN

Fahruddin

Tindakan kateterisasi merupakan tindakan invasif dan dapat menimbulkan rasa nyeri, sehingga jika dikerjakan dengan cara yang keliru akan menimbulkan kerusakan uretra yang permanen. Nyeri merupakan keluhan utama yang sering dialami oleh pasien dengan kateterisasi karena tindakan memasukkan kateter dalam vesika urinaria mempunyai risiko terjadinya infeksi atau trauma pada uretra. Tindakan memberikan cairan pelumas atau jelly pada prosedur kateter urin sangat penting untuk mencegah atau mengurangi resiko terjadinya trauma pada uretra dan sensasi nyeri yang dialami pasien. Ada dua teknik pemberian jelly yaitu dengan penggunaan Jelly K-Y yang dioleskan pada ujung kateter dan cara ke-2 penggunaan Instillagel yang disemprotkan langsung pada meatus uretra dengan spuit 10 ml yang dilepaskan jarumnya. Penelitian ini mengenai perbedaan kecepatan pemasangan dan keluhan nyeri yang dialami pria dewasa  usia 25-65 tahun yang pertama kali menjalani kateterisasi urin dengan cara pelumasan yang berbeda. Rancangan penelitian ini adalah eksperimen semu dengan jumlah sampel 17 orang untuk perlakuan dan 17 orang untuk kontrol. Kecepatan pemasangan diukur dengan stopwatch sedangkan intensitas nyeri diukur dengan menggunakan skala intensitas nyeri deskriptif secara objektif dari klien. Analisa data dengan Mann-Whitney Test dengan tingkat kemaknaan a = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara kecepatan pemasangan kateterisasi urin yang dioleskan jelly k-y pada ujung kateter dan yang disemprotkan instillagel langsung ke meatus uretra dan tidak ada perbedaan bermakna antara keluhan nyeri pada pemasangan kateterisasi urin yang dioleskan jelly k-y pada ujung kateter dan yang disemprotkan instillagel langsung ke meatus uretra.

Kata kunci: teknik pelumasan, kateter, kecepatan pemasangan dan keluhan nyeri



FAKTOR –FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN  
            PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
DI PUSKESMAS SE-KOTA BANJARBARU  JANUARI – FEBRUARI 2010

  ( Tinjauan Terhadap Pengetahuan, Motivasi, Pendidikan, Pelatihan
                   dan Pengalaman Kerja Perawat / Bidan )

Barlian


Manajemen Terpadu Balita Sakit merupakan suatu pendekatan terhadap balita sakit yang dilakukan secara terpadu dan digunakan sebagai standar pelayanan bayi dan balita sakit sekaligus sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan. Petugas kesehatan yang melaksanakan tatalaksana MTBS adalah perawat dan bidan maka diharapkan pelayanan promotif dan preventif lebih optimal dibandingkan kuratif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor –faktor pada perawat/bidan dengan pelaksanaan MTBS di Puskesmas se-kota Banjarbaru. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan menggunakan  pendekatan  cross sectional. Subjek penelitian berjumlah 32 orang perawat/bidan yang bertugas di poli anak/MTBS di Puskesmas se-kota Banjarbaru. Instrumen  yang digunakan adalah kuesioner dan daftar tilik pengamatan tata laksana MTBS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan MTBS kategori baik 31,3%, kurang 68,8%, pengetahuan kategori baik 84,4%, kurang 15,6%, motivasi tinggi 96,9%, motivasi rendah 3,1%, pendidikan tinggi 43,8%, pendidikan sedang 56,3%, pernah pelatihan 65,6%, tidak pernah pelatihan 34,4%, pengalaman kerja > 3 tahun 78,1%, pengalaman kerja ≤ 3 tahun 21,9%. Hasil Uji Fisher exact dengan  ά = 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara masing-masing  variabel yaitu pengetahuan (p=0,155), motivasi (p=0,313 ), pendidikan (p=0,1), pelatihan (p=0,425) dan pengalaman kerja (p=0,387) perawat /bidan dengan pelaksanaan MTBS di Puskesmas se-kota Banjarbaru.

Kata - kata kunci : Pelaksanaan MTBS, perawat/bidan, faktor yang berhubungan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar